|
|
|
|
Disuatu malam Jum’at kliwon, saya bersama teman teman ngobrol di pinggir
jalan sambil bercerita tentang hal-hal yang berbau horor. Ceritapun
ngelantur hingga tak terasa sudah larut malam. Jam sudah menunjukkan
pukul 23.00, saya pamit pulang dan berjalan melewati jalan setapak tanpa
penerangan lampu sedikitpun. Saat itu kebetulan hari bulan mati, jadi
suasana gelap gulita. Saya berjalan mengendap-endap… dari agak jauh
terdengar suara kresek-kresek dan nafas ngos-ngos, saya sempat terdiam
sejenak karena debar jantung sudah nggak karuan seperti gunung mau
meletus. Setelah agak lama terdiam suara itupun tetap tidak menghilang
saya paksakan diri untuk melanjutkan langkah kaki. Suara itu semakin
keras terdengar dan sorot sinar sebesar kelereng pun terlihat didepan
saya. Saya terkejut dan langsung berlari sekuat-kuatnya… lalu apa yang
terjadi… saya jatuh babak belur dan suara teriak anjingpun membelah
sepinya malam. Ternyata yang saya dengar, lihat dan saya tabrak adalah
dua ekor anjing yang sedang asik ‘gituan’ di tengah kegelapan jalan yang
saya lewati. Anjing-anjing itupun berlari saling tarik, dan karena
saking kuatnya tarikan, maka anjing itupun berteriak sejadi-jadinya…
“kaing, kaing, kaing…” Selanjutnya sepi… tinggal saya yang merintih
menahan sakit karena kedua kaki dan dagu saya babak belur.
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar